Perfect: Menganggap sesuatu Sempurna Baik atau Tidak dalam Aspek kehidupan?

Friday, March 20, 2015
Entah kenapa banyak sekali yang meng-klaim segala sesuatunya 'sempurna' !
mulai dari Agama, Negara, Barang, Hasil sebuah pekerjaan bahkan ada yang mengklaim dirinya sempurna.
Seketika aku jadi teringat dongeng yang pernah diceritakan mantan kekasihku yang di bandung Yoru alias El Yolanda Virgiora Paula, sebenernya banyak dongeng bagus yang pernah dia ceritakan sebelum aku tidur yang bisa aku share ceritanya disini... 
Tetapi berhubung aku sedang kepikiran soal klaim 'sempurna' akhirnya aku share salah satu cerita dari sekian banyak cerita yang dia dongengkan dan mungkin dengan perumpamaan cerita seperti ini bisa dikoreksi apakah sesungguhya makna sempurna itu? baik atau tidak kah menganggap segala sesuatu sempurna tanpa adanya perbaikan...


Pada suatu masa....
"inilah mobil yang paling sempurna..!!", begitu teriak direktur sekaligus pemilik pabrik mobil dihadapan seluruh karyawan dan stakeholder yang lain. Suara tepuk tangan dan pujianpun bergemuruh..'
"dilihat dari segala sudut dan dari semua aspek, mobil ini benar-benar sempurna, maka saya harap kita semua memahami kesempurnaan ini, kabarkan kesempurnaan ke seluruh penjuru, saya ingin semua orang memiliki dan menikmati kesempurnaan ini.. bahkan bila perlu bentuklah fans-fans club agar mereka mempunyai fanatisme kuat terhadap mobil ini.. tidak ada yang perlu dikhawatirkan lagi.. tak perlu ada perbaikan lagi.. karena ini adalah mobil yang sempurna..!!", teriak sang direktur orasi dengan semangat.

Dengan semangat kesempurnaan, Mobil Sempurna itupun terjual laris manis. Hampir setiap dealer mobil memajangnya. Pemasarannya begitu masif. Dan club-club Mobil Sempurna inipun tumbuh subur seperti halnya jamur di musim hujan.
Seperti intruksi sang direktur, dengan adanya club-club Mobil Sempurna ini maka lahirlah fanatisme kuat terhadap Mobil Sempurna ini. Bahkan dengan semangat fanatismenya tak jarang anggota club tersebut menghampiri pemilik mobil lain agar mau mengganti dengan Mobil Sempurna. Bila perlu dengan mengatakan kelemahan-kelemahan mobil lainnya Dan kadang disertai ejekan.

Masa terus berlalu...
"pak, penjualan mobil kita menurun..", lapor manajer pemasaran kepada Sang Pemilik pabrik Mobil Sempurna.
"apa yang terjadi? bukankah mobil kita itu sempurna..?", tanya direktur.
"iya pak.. tapi sekarang banyak mobil baru pak. ada yang lebih irit.. ada yang suspensinya lebih empuk.. bahkan ada yang menambahkan fitur-fitur baru di mobilnya. kita tidak boleh tinggal diam pak. kita harus adakan perbaikan atau modifikasi pada mobil kita", kata manajer semangat.

"TIDAK !!! apa maksudmu.. apa kamu tidak percaya kalau mobil kita itu mobil paling sempurna..? mereka tidak membeli mobil kita karena mereka belum tau saja kesempurnaan mobil kita itu. Lakukan program pemasaran yang bagus, kampanye besar-besaran..!", perintah direktur.
"Semua sudah kita lakukan pak, bahkan dengan memanfaatkan club-club fanatik kita.. tapi tetap saja penjualan terus menurun.. atau boleh dibilang mobil kita sudah tak laku..", manajer sedih.
Direktur geram... "mereka yang tidak beli Mobil Sempurna kita adalah ORANG-ORANG BODOH yang tidak mengerti kesempurnaan !!!", teriaknya sambil masuk kamar dan membanting pintu.
..terus demikian...tidak ada perubahan...

Satu-persatu karyawan pabrik mengundurkan diri. Satu persatu dealer-dealer mengembalikan Mobil Sempurna ke pabrik. Hingga yang tersisa adalah sang pemilik pabrik dengan ratusan Mobil Sempurnanya di gudang yang luas. Dengan keyakinan kesempurnaan mobil buatannya, sang direktur setia menunggu setiap waktu hingga mobil-mobil itu berkarat dan pelan-pelan rusak.. hingga akhir hayatnya.







"LIMA RATUS JUTA !!!" 
"terjual...! ya akhirnya Mobil Sempurna ini terjual.. lelang selesai..", teriak moderator lelang.
"pak.. pak.. kenapa bapak membeli mobil kuno itu pak?", tanya wartawan kepada pembeli Mobil Sempurna sambil mengikuti berjalan.
"ah... bukan apa-apa.. itu hanya untuk koleksi", jawab pembeli yang terkenal sebagai orang kaya di kota itu.
Wartawan, "tapi bukannya mobil itu sudah tak layak pakai pak?". 
"saya memang tidak akan memakainya", jawab pembeli.
Wartawan, "lalu untuk apa?"
Pembeli, "selain untuk koleksi juga akan saya jadikan monumen".
Wartawan, "monumen apa pak?'.
Monumen kegagalan kesempurnaan. Jika kau merasa sempurna dan menutup diri terhadap perbaikan diri, maka kau akan mati tergilas waktu. tak ada yang sempurna... tapi dengan ketidaksempurnaan itu memberi ruang bagi kita untuk senantiasa memperbaiki diri

0 comments: