Dr .Robert Hare, dalam bukunya tentang psikopat, Without Conscience: The Disturbing World of the Psychopaths Among Us, menjelaskan bahwa psikopat adalah gangguan kepribadian yang ditandai tidak menghormati hak orang lain dan kecenderungan melakukan tindakan kejam. Seorang psikopat juga tidak mempunyai rasa empati dan tanggung jawab. Mereka tega memanipulasi dan berbohong tanpa memedulikan perasaan orang lain. Dan hebatnya, kesan pertama kita pada psikopat itu pasti positif. Soalnya mereka pintar berbicara sehingga kelihatan charming dan baik banget...
Masih dalam buku yang sama, Dr. Robert Hare berpendapat, psikopat itu belum tentu penjahat. Ratusan ribu psikopat hidup di antara kita. Dari risetnya, Dr .Robert Hare menemukan bahwa satu persen dari masyarakat di dunia ini adalah psikopat. Orang itu bisa jadi teman, ibu, ayah, atau pacar kita. Dan mereka begitu pandai “membungkus” diri dengan perilaku yang begitu baik sehingga kita sendiri enggak sadar sudah dimanipulasi...
Pacar Psikopat/Sociopath
Seperti yang sudah dijelaskan tadi, belum tentu psikopat adalah penjahat. Orang biasa pun bisa jadi psikopat. Tipe orang semacam ini, menurut Dr. Robert Hare, masuk dalam kategori subclinical Psychopath. Merekalah para pemangsa yang mempesona. Mereka tidak mampu membuat ikatan emosional dan memanipulasi orang-orang untuk keuntungannya. Mereka yang masuk dalam kategori ini adalah orang yang suka mukulin pasangannya, orang yang sadar telah menderita AIDS tapi tetap berhubungan seks tanpa pengaman, dan mereka yang memanfaatkan bahkan morotin duit pacarnya...
Menurut Roslina Verauli (psikolog), psikopat bukan termasuk gangguan jiwa.
“Untuk masuk ke dalam kategori gangguan jiwa, ia harus punya tiga kriteria. Dia merasa stres, tidak mampu berfungsi secara normal, dan punya risiko kesehatan. Nah, psikopat tidak merasakan ketiga hal ini. Jadi penderita psikopat itu tidak merasa terganggu, walaupun perilakunya berbahaya,” ujar Vera.
Di sini aku tidak akan membahas soal orang-orang psikopat yang jahat dan tidak berperikemanusiaan seperti halnya di film. Yang harus di waspadai adalah mereka yang kelihatannya manis tapi suka memanfaatkan dan menyakiti kita tanpa ada rasa bersalah. Sering kali kita termakan oleh tipu daya orang ini karena dia adalah pacar kita. That’s right~ kita harus waspada kepada orang-orang yang memanfaatkan rasa cinta kita demi kepentingan pribadinya. Seperti halnya pengalaman dari...
Icha, siswi kelas I SMA 57 Jakarta, mengaku pernah pacaran dengan tipe cowok seperti ini. “Aku kenal dengan seorang cowok yang baiiik banget. Selama PDKT, dia selalu perhatian dan bahkan suka membelikan aku pulsa supaya kami bisa tetap SMS-an. Pergi ke mana pun selalu dibayari dia. Masa PDKT ini berlangsung sampai dua bulan, terus kami jadian” cerita Icha tentang awal hubungannya.
Ketika menginjak bulan kedua jadian, cewek yang hobi main piano ini mulai mengendus sesuatu yang aneh. “Dia suka melarang aku untuk gaul sama teman-teman cowok, tapi dia enggak mau dilarang main dengan teman-teman ceweknya yang bahkan temanku juga” curhat Icha.
“Dia Suka maksa dibelikan barang atau enggak pernah membayar apa pun kalau kita lagi nge-date. Semuaaa harus aku yang bayar. Setiap kali harus bayar sesuatu, dia bakal bilang, Sayang, tolong bayarin yah. Aku enggak punya uang, dengan ekspresi yang sama sekali enggak tahu malu gitu. Enggak merasa bersalah sama se kali!” curhat Icha lagi.
Ketika akhirnya putus, Icha mendapatkan fakta baru. “Aku tahu, ternyata dia sudah menduakan aku!” ujarnya kesal. Wah-wah…, gawat banget.
Pengalaman Dika, cowok kelas II SMA 29 Jakarta, tidak jauh beda. Waktu kelas II SMP, dia sempat jadian dengan cewek yang cantik banget. “Cewek ini baik dan perhatian banget. Dia selalu menelepon gue, hampir setiap menit kayaknya, ha-ha-ha” cerita Dika.
Tapi, setelah dua bulan, cewek ini mulai manipulatif. “Dia mulai minta dibelikan macam-macam. Mulai dari pulsa sampai barang kayak tas, dompet, atau baju. Gue pernah membelikan dia pulsa sebanyak Rp 150.000. Semakin lama, dia semakin sering minta dibelikan macam-macam. Dia juga selalu minta diantar-jemput dengan mobil. Terakhir, dia minta dibelikan HP, dan memang sudah bakal gue belikan” beber cowok yang aktif di banyak kegiatan ini.
Buntutnya, Dika dengar dari teman-temannya, dia sudah diduain! “Akhirnya gue putusin! Gue gak nyangka banget karena selama pacaran, sikapnya gak pernah berubah. Jago banget dia menutupi aksinya!” curhat Dika berapi-api.
Kiki, cowok kelas III SMA 70, juga pernah merasakan pacaran sama cewek yang memanipulasi dirinya. “Pertama kali kenal, cewek ini manis dan perhatian banget. Akhirnya aku jadi sayang dan percaya banget sama dia. Bahkan, hal-hal memalukan aku ceritakan ke dia. Pokoknya aku terbuka banget ke dia” jelas Kiki soal mantannya.
“Setelah jalan bulan kedua pacaran, aku mulai dengar kabar enggak enak. Katanya dia suka membuka rahasiaku buat bahan celaan di kelas. Waktu aku tanya, dia selalu jawab, Enggak kok. Mana mungkin, dan kalimat membela diri yang sejenis” sambung Kiki lagi.
Tapi, berita tidak sedap ini terus bertebaran dan Kiki masih curiga. Akhirnya ia memaksa pacarnya mengaku. “Awalnya dia tetap pasang muka enggak bersalah dan membela diri. Tapi, karena dipaksa terus, dia mau mengakui kesalahannya dan minta maaf” kata Kiki.
Setelah itu, mereka putus dan hubungan jadi memburuk. “Habis putus, aku dengar kabar dia sudah jadian dengan dua cowok sekaligus. Benar-benar enggak nyangka dia bisa begitu” ungkap Kiki heran.