Near-Death Experience: Mati Suri ataukah hanya Astral Projection yang Gagal?

Saturday, March 14, 2015
Cerita individu tentang kematian dikenal di berbagai budaya dan waktu yang berbeda. Bagi orang-orang belahan Barat pada abad terakhir, fenomena menjelang kematian dibuktikan dengan adanya surga dan neraka. Pada akhir abad ke-19, pengalaman tersebut menjadi titik fokus penelitian para ilmuwan. Tapi itu hanya berada pada pertengahan abad ke-20 yang menyatakan bahwa fenomena ini menemukan kepentingan ilmiah yang lebih luas dalam masyarakat.
Deskripsi atau investigasi dari fenomena mati suri sering menyiratkan asumsi universal, hal yang paling menonjol adalah gagasan bahwa semua pengalaman mati suri mengandung unsur-unsur yang sama atau persepsi dalam urutan yang mirip. Sementara ahli biologi berkontribusi terhadap gagasan tersebut dengan menegaskan fungsi universal otak, dan agama individu terinspirasi yang pada akhirnya mengakui kesamaan dalam pengalaman mati suri di semua budaya, hingga menyatakan kebenaran universal versi mereka masing-masing tentang akhirat.

Istilah Near Death Experience diberikan pertama kali tahun 1975 dalam buku Life After Life karya Dr. Raymond Moody. Dari sinilah perhatian publik pada masalah ini mulai berkembang. Walau begitu, cerita tentang mati suri telah beredar sejak lama sepanjang sejarah. Plato dalam karyanya, Republic, yang ditulis tahun 360 SM, menceritakan tentang seorang prajurit bernama Er yang mengalami mati suri setelah terbunuh di medan perang. Er menceritakan jiwanya meninggalkan tubuh, diadili bersama jiwa lainnya dan melihat surga. Seperti yang kita lihat disini, bisa jadi pengalaman mati suri seperti ini disebabkan olehkeyakinan agamanya. Namun hal yang sebaliknya juga mungkin terjadi, agama muncul disebabkan oleh pengalaman orang yang mati suri.

Isi pernyataan mati suri sangat bervariasi, tergantung pada waktu dan tempat induvidu yang mengalami. Misalnya unsur-unsur gerakan dalam sebuah terowongan dan gambaran kehidupan, tetapi diabaikan dalam pernyataan tentang mati suri dari budaya masa lalu atau lainnya. Pengalaman mati suri (near death experience) memang memiliki pola yang berbeda untuk setiap orang yang mengalaminya. Juga ragam penjelasan, dari psikologis hingga menurut keyakinan masing-masing. pengalaman hampir mati terjadi ketika zat yang membentuk jiwa manusia terlepas dan meninggalkan sistem syaraf, memasuki alam semesta. Berdasar pada ide ini, kesadaran (consciousness) sejatinya dianggap sebagai sebuah program komputer kuantum dalam otak, yang bisa tetap bertahan di alam semesta bahkan setelah kematian. Ini menjelaskan persepsi sejumlah orang yang pernah mengalami mati suri. Dengan demikian, menurut teori ini, jiwa kita lebih dari sekadar interaksi antar neuron pada otak. Melainkan susunan yang terbangun dari intisari alam semesta, dan mungkin telah ada sejak waktu bermula. Konsep ini agak mirip dengan keyakinan Buddha dan Hindu, bahwa kesadaran adalah bagian integral dari alam semesta. Dan memang mirip dengan filsafat Barat idealis. 




saat pengalaman hampir mati terjadi, mikrotubula kehilangan kondisi kuantumnya, namun informasi di dalamnya tak lantas hancur. Sebaliknya, ia hanya meninggalkan raga dan kembali ke alam semesta. Katakanlah jantung berhenti berdetak, darah berhenti mengalir, mikrotubulus kehilangan keadaan kuantumnya, Tapi informasi kuantum di dalam mikrotubulus tidak rusak, tak bisa dihancurkan. Hanya didistribusikan dan menghilang ke alam semesta. Jika seseorang tersebut sadar, hidup kembali, informasi kuantum itu juga akan kembali ke mikrotubulus. Sehingga  seseorang tersebut bisa berkata, 'aku mengalami pengalaman hampir mati'.Lalu bagaimana jika seseorang itu tak pernah tersadar? Jika seseorang tak sadar dan akhirnya meninggal dunia. Bisa jadi informasi kuantumnya tetap eksis di luar jasadnya, mungkin tanpa batas, sebagai sebuah ruh.

Skeptis lebih menekankan bahwa studi mati suri tidak memberikan wawasan tentang bentuk kematian dan kemungkinan keberadaan akhirat, karena ‘Kematian secara Klinis’ bersifat sementara dan tidak bisa disamakan dengan kematian akhir 
(Blackmore/Troscianko 1988).

Hal ini menunjukkan bahwa mati suri tidak independen dari budaya spesifik, sementara di sisi lain, mati suri mungkin telah mengilhami konsep akhirat tradisional. Mati suri, thanatology, sejarah agama atau budaya tampaknya saling berinteraksi dan mempengaruhi pemikiran.
Teori bertahan hidup tidak terikat pada tradisi keagamaan atau spiritual tertentu, meskipun mati suri mungkin berisi citra budaya tapi orang yang bersangkutan sering terkejut bahwa pengalaman mereka tidak memenuhi harapan agama. Namun mereka cenderung menafsirkan mati suri dalam hal latar belakang agama, contohnya menemukan bukti surga dan neraka, persepsi cahaya yang kuat sering dikaitkan dengan Tuhan.
Tanpa asumsi dualisme dan teori survival, mati suri dapat diartikan sebagai pengalaman rohani yang relevan. Unsur-unsur seperti pengalaman yang aman dan damai, cinta dan perasaan, kehadiran entitas manusia super, transendensi waktu dan ruang, persepsi cahaya terang atau menuju cahaya (aspek yang mirip dengan deskripsi Tuhan yang diyakini banyak budaya). Salah satu perbedaan yang jelas bahwa ketika mengalami mati suri, induvidu biasanya tidak mencari pengalaman mistis. Ada suatu keyakinan, bahwa jiwa yang memasuki akhirat tidak bisa kembali ke dunia. Jadi, apa yang sebenarnya dilihat individu yang mengalami mati suri kemungkinan besar merupakan pikiran yang sebagian besar dipengaruhi agama dan budaya. Setiap orang yang pernah mengalami hal ini, pengakuan mereka sangat berbeda, dengan keyakinan masing-masing yang tentunya mempunyai pengalaman berbeda pula. Dan mati suri tidak bisa menjadi dasar penggambaran akhirat, semua makhluk harus melalui kematian sebenarnya.

Tiap orang, umur dan tiap agama membuat cerita mati suri yang berbeda. kesimpulannya mati suri itu adalah saat jantung kita berhenti berdetak, tapi otak kita belum berhenti bekerja. Karena itu, cerita tentang mati suri didasari pengalaman seseorang selama hidupnya
Apa yang terjadi ketika seseorang mengalami kondisi hampir mati? Perasaan tenang luar biasa, melihat cahaya terang menyilaukan entah dari mana, jiwa yang terlepas sesaat dari raga, memasuki sebuah dimensi lain, atau berjalan di kegelapan terowongan menuju cahaya di ujungnya. Atau mungkin berkomunikasi dengan roh, yang memintanya kembali ke raganya, untuk hidup kembali. 
Dalam budaya masa lalu dan sekarang, banyak orang yang mengalami mati suri cenderung beralih ke alam lain di mana mereka bertemu dengan kerabat almarhum atau makhluk gaib. Dunia lain tersebut memiliki kemiripan struktur, arsitektur, fashion dan sosial lingkungan sehari-hari, dan entitas agama sering muncul dalam mati suri yang dikenal dari budaya masing-masing.


Menurut teori quantum esensi dari jiwa kita terkandung dalam strukstur yang disebut mikrotubulus (mikrotubula) yang berada dalam sel-sel otak. pengalaman kesadaran kita adalah hasil dari efek gravitasi kuantum dalam mikrotubula. Sebuah teori yang mereka sebut sebagai pengaturan pengurangan obyektif (Orch-OR).

Menurut teori materialistik, tidak ada kesadaran atau jiwa yang bisa eksis tanpa tubuh fisik. Unsur-unsur mati suri dipahami sebagai proses fisiologis yang berbeda pada saat-saat kematian fisik, seperti kurangnya oksigen dan rusaknya mekanisme penghambatan di otak merangsang aktivitas neuronal dari sistem visual dan mengarah pada persepsi cahaya dan terowongan (bentuk, stimulasi sistem limbik dan pelepasan neurotransmiter seperti endorfin yang menggambarkan pengalaman analgesia, kedamaian, cinta dan euforia menggambarkan pengalaman luar tubuh). Ulasan kehidupan dan persepsi gambaran dunia lain merupakan hasil stimulasi lobus temporal otak, neurologis yang melepaskan kenangan dan halusinasi yang merangsang dan proses depersonalisasi.


(Kellehear, Allan 1996. Experiences Near Death: Beyond Medicine and Religion. Oxford University Press).
Bagi kebanyakan orang yang mengalami mati suri, mereka secara langsung mengalami bahwa kematian bukanlah akhir dari keberadaan mereka.
Sebab mati suri bersifat transformasional. Artinya ia mampu mengubah seluruh pandangan hidup seseorang, dan juga bahkan menghilangkan rasa takut mati pada diri seseorang.

2 comments:

  1. sangat menarik sekali pembahasannya...

  1. Unknown said...:

    Terima kasih atas komentarnya...
    selamat membaca artikel lainnya^^